mencari referensi yg relevan dari 30 artikel
1. Analisis Karya Lukis Rasyid Maulana Arifudin dalam Pameran Art For Orangutan
Objek : Lukisan Raysid Arifudin
Teori/Pendekatan : Pendekatan Studi Kasus
Analisis : Berdasarkan penelitian yang sudah disusun ketika mengkritik melalui pengamatan secara langsung dan informasi yang didapat hanya sedikit saja terkait karya dari seniman tersebut. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian dalam analisis karya yang berjudul “Ajur Ajer” adalah konsep yang diangkat di dalam suatu karya melalui media yang digunakan dan ada pesan yang dituangkan atau disampaikan dalam karya tersebut. Sosok diri sendiri merupakan objek yang digunakan dalam lukisan tersebut, dan lukisan tersebut menjelaskan bahwa haruslah memanfaatkan diri sendiri dan menghargai, lukisan itu tidak harus selalu menggunakan model orang lain.
Kesimpulan : berdasarkan informasi yang didapat dan juga mengamati secara langsung tentang seniman tersebut. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus, Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian pada karya “Ajur Ajer” mengungkapkan bahwa analisis tersebut menggunakan konsep, media, objek, dan juga pesan dalam lukisan tersebut. Objek penggunaan diri sendiri bermanfaat dalam menghargai diri sendiri dalam seni lukis bahwa lukisan tidak harus selalu menggunakan model dari orang lain. Untuk analisis yang digunakan berupa karya seni lukisan walaupun ada perbedaan dalam alirannya.
2. Analisis Karya “Waiting For Ratu Adil” Karya Astari Rasjid
Objek : Lukisan “Waiting for Ratu Adil” Karya Ratu Rasjid
Teori/Pendekatan : Menganalisis dari aspek bahasa rupa, discourse analysis & psicoanalisis
Analisis : Mengamati bahasa rupa lukisan Astari Rasjid yang berjudul “Waiting for Ratu Adil” dengan cara menganalisis dari segi aspek bahasa, discourse analysis, dan psicoanalisis. Dari yang di dapat dari analisis karya ratu rasjid ini yaitu terdapat pengkayaan sudut pandang dalam mengapresiasi karya seni lukis. Seniman menggunakan objek yang sangat dekat (close up) dengan pengamatnya, sehingga bahasa tubuh ketiga objek tersebut tampak sangat jelas. Pengamat menangkap adanya pertukaran jelas bahasa dan menangkap narasi yang disampaikan. Untuk objek ratu adil ini merupakan tradisi mitos yang disandingkan dengan tradisi mitos modern pada ruang waktu modern. Aspek sendiri psychoanalysis ingin memperlihatkan secara eksplisit untuk memunculkan isu gender. Bahasa rupa yang terdapat dalam lukisan “Waiting for Ratu Adil” ini ialah karya yang kaya akan makna-makna yang tersembunyi.
Kesimpulan : Lukisan “Waiting for Ratu Adil” karya Astari Rasjid menggabungkan bahasa rupa, analisis wacana, dan psikoanalisis. Penempatan obyek secara dekat memungkinkan eksplorasi bahasa tubuh yang jelas, sementara penggunaan mitos tradisional dan modern menciptakan kompleksitas makna. Dalam perspektif psikoanalisis, seniman secara eksplisit menyelipkan isu-isu jender, menambah dimensi mendalam pada karya ini. Keseluruhan, lukisan ini memancarkan kekayaan makna tersembunyi, mengundang pemirsa untuk merenung dan menggali lebih dalam dalam interpretasinya. Objek yang digunakan memiliki kesamaan dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu karya seni Lukisan, namun terdapat perbedaan di teori/pendekatannya karena karya yang saya pilih menggunakan teori Mimesis, sementara karya berikut adalah bahasa rupa, discourse analysis, & psicoanálisis.
3. Membaca Eksperimentasi Visual dalam Lukisan I Ketut Gede Singaraja ( Dewa Gede Purwita, 2020 )
Objek : Lukisan I Ketut Gede Singaraja
Teori/Pendekatan : Eksperimental Visual
Analisis : Pada pertengahan abad ke-19, telah terjadi eksperimental periode yang signifikan dalam sejarah seni rupa bali. Salah satu tokoh tersebut ialah I Ketut Gede Singaraja. Dia juga dibantu oleh para tokoh lainnya salah satunya adalah Van der Tuuk. Van der Tuuk memperkenalkan sebuah medium baru seperti kertas, pensil, dan cat air kepada para pelukis. Dengan adanya medium baru ini membuat para seniman mendapatkan kebebasan termasuk I Ketut Gede Singaraja ini. I Ketut Gede sendiri bisa mengekspresikan dirinya dan dapat hasil-hasil karya seni yang dapat menunjukan tanda-tanda kuat dari eksperimen visual ini. Memahami pentingnya eksperimen visual dari karya I Ketut Gede ini adalah untuk melihat seberapa jauh penggunaan medium baru dalam membawa pengaruh ekspresi seniman ini dalam menciptakan karya seni.
Kesimpulan : I Ketut Gede berhasil menggabungkan dialek visual seni rupa Bali menjadi sangat khas, yang kemudian disebut sebagai idiolek. Eksperimennya tercermin melalui berbagai tanda yang hadir dalam setiap elemen lukisannya, seperti plastisitas figur, penggunaan warna, komposisi, dan fragmen narasi tunggal, yang menjadi ciri khas dalam karyanya. Jurnal ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh saya adalah objek penelitian yang berbeda dan interpretasi seni dengan pendekatan berbeda dan berfokus pada satu karya lukisan saja.
4. Wayang Purwa sebagai Objek Lukis Kaca Karya Retno Lawiyani : Sebuah Kajian Visual Ornamentik
Objek : Lukisan kaca dengan wayang purwa oleh Retno Lawiyani.
Teori/Pendekatan : Menggunakan teori metode penelitian kualitatif dengan pendekatan biografi, kreativitas, dan estetika menurut A.A.M Djelantik. Pendekatan estetika A.A.M Djelantik terdapat tiga unsur utama yaitu, wujud,/rupa, bobot/isi, dan penampilan. Ketiga unsur tersebut sebagai dasar analisis terhadap analisis terhadap karya lukis kaca Retno Lawiyani.
Analisis : Wayang, merupakan karya adiluhung Indonesia, wayang sendiri menjadi subjek pengembangan dalam bentuk visual, khususnya pada lukisan kaca yang dihasilkan oleh Retno Lawiyani. Retno sendiri menciptakan tiap-tiap karyanya mengambil dari inspirasi wayang purwa yang dapat memberikan aspek estetika menarik untuk diteliti. Penelitian berfokus pada deskripsi latar belakang karya Retno Lawiyani. Dengan proses kreatifnya dalam menciptakan lukisan kaca dan wujud visual dari karya seni tersebut.
Kesimpulan : yang berbeda dari artikel ini dengan jurnal yang akan saya buat mengenai lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh adalah artikel ini memfokuskan pada pengembangan wayang dalam bentuk visual, khususnya pada lukisan kaca karya Retno Lawiyani. Dengan menekankan pada aspek estetika dan pendekatan kreativitas, penelitian ini mencakup latar belakang kekaryaan, proses kreatif, dan wujud visual karya seni lukis kaca Retno Lawiyani. Jurnal saya mengenai lukisan "Forest Fire" milik Raden Saleh, akan membedakan diri dengan mengulas konteks sejarah, simbolisme, dan teknik lukisan pada karya tersebut, memberikan pemahaman yang mendalam terkait perbandingan antara dua seniman dan karya seni mereka yang berbeda.
5. Estetika Seni Lukis Karya Koeboe Sarawan
Objek : Lukisan Koeboe Sarawan
Teori/Pendekatan : Pendekatan Kreativitas
Analisis : Karya seni lukis koeboe sarawan dalam kancah seni rupa modern dapat dipahami sebagai karya seni yang mempunyai ciri atau karakteristik tersendiri. Konsistensi & Eksistensi koeboe sendiri dalam melahirkan karya-karya tidak terlepas dari kreatifitasnya. Dalam temuan penelitian ini, karya seni lukis koeboe sarawan merupakan sebuah bentuk aktualisasi diri dari seorang koeboe sarawan sendiri dalam mencari arti kehidupan sejati & perjalanannya. Karya seni lukisnya terdapat nilai-nilai estetika yaitu, kompleksitas, intensitas dan kesatuan.
Kesimpulan : Seni lukis Koeboe Sarawan dalam seni rupa modern Indonesia memiliki karakteristik unik & konsisten, mencerminkan eksistensi & konsistensinya yang berasal dari proses kreatif mendalam. Temuan penelitian menunjukkan bahwa karya seni ini adalah bentuk aktualisasi diri seniman, mencerminkan pemahaman terhadap perjalanan & makna kehidupan sejati. Karya-karya tersebut tidak hanya memiliki nilai-nilai estetika seperti kesatuan, kompleksitas, & intensitas, tetapi juga memberikan kontribusi berarti dalam kancah seni rupa modern Indonesia. Objek yang digunakan memiliki kesamaan dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu karya seni Lukisan, meskipun terdapat perbedaan pada alirannya, seniman karya seni yang saya gunakan menggunakan pendekatan Mimesis sementara seniman karya seni berikut menggunakan Pendekatan Kreativitas.
6. Seni Lukis Visual Koran Karya Budi “Ubrux” Haryono
Objek : Lukisan karya Budi “Ubrux” Haryono
Teori/Pendekatan : Teori Bentuk Clive Bell
Analisis : Realisme sosial merupakan ide dasar Budi “Ubrux” Haryono dalam menciptakan karya seni lukis. Lukisan Budi “Ubrux” Haryono menekankan tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan sosial, politik, dan budaya yang mencerminkan seluruh lapisan kehidupan bermasyarakat, seluruh bagian setting dan pengalaman nyata Budi “Ubrux” Haryono. Seiring berjalannya waktu, ia mulai melakukan inovasi tidak hanya dalam bentuk tetapi juga dalam isu-isu tematik, salah satunya mengkritisi fenomena yang terjadi di sekitarnya, terkait dampak globalisasi informasi. . Demikian salah satu bentuk pidato Budi "Ubrux" Haryono. Tanggung jawab kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, proses ini meliputi wawancara, observasi dan penelitian dokumen dari berbagai sumber. Sedangkan ketika menganalisis lukisan karya Budi “Ubrux” Haryono, peneliti menggunakan pendekatan teori formal Clive Bell.
Kesimpulan : Lukisan Budi “Ubrux” Haryono, dari awal hingga seni rupa visual koran, merupakan bagian dari perjalanan sejarah seniman dalam eksplorasi bentuk dan teknik. Dalam menciptakan karya visual koran, ia menggunakan teknik realistik dengan tahapan berbeda di setiap prosesnya. Analisis seni rupa visual koran karya Budi “Ubrux” Haryono secara umum merupakan struktur abstrak bahan koran dengan menggunakan prinsip desain dan prinsip desain sebagai visualisasi seni lukis Anda. Objek yang digunakan sama dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu karya seni yaitu lukisan, walaupun terdapat perbedaan genre namun seniman dari karya seni yang saya gunakan menggunakan metode imitasi sedangkan senimannya karya seni berikutnya menggunakan metode Teori Bentuk Clive Bell.
7. Analisis Karya Seni Lukisan Rini (1958)
Objek : Lukisan Rini (1958)
Teori/Pendekatan : Parmenides
Analisis : Lukisan Rini (1958) merupakan sebuah karya seni rupa yang dapat mempunyai banyak interpretasi berbeda-beda tergantung sudut pandang pemirsanya. Namun, menghubungkan lukisan itu dengan teori Parmenides dapat menjadi sebuah tantangan, karena Parmenides adalah seorang filsuf Yunani kuno pra-Socrates yang terkenal dengan konsepnya tentang “Satu” atau “Makhluk Tetap.”
Parmenides percaya bahwa keberadaan itu unik, tetap, dan tidak berubah. Lukisan Rini (1958) mungkin menunjukkan stabilitas, keabadian, atau kesatuan dalam ekspresi artistiknya, yang mungkin terkait dengan konsep Parmenides tentang keberadaan yang tidak berubah.
Namun, ada juga aspek seni lukis, seperti penggunaan warna, bentuk, atau penekanan pada gerakan atau perubahan, yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan konsep keberadaan Parmenides, tetap dan tidak dapat diubah.
Kesimpulan : Meskipun beberapa elemen lukisan mungkin mencerminkan stabilitas dan keabadian, aspek visual lainnya menunjukkan perubahan atau dinamisme. Secara keseluruhan, menghubungkan langsung lukisan Rini (1958) dengan teori Parmenides mungkin akan mengalami kesulitan untuk memuaskan seluruh aspek karya seni.
8. Analisis Karya Seni Aristoteles dengna teori Victor Lowenfeld dan W.Lambert Brittain
Objek : Karya seni Lukis Aristoteles
Teori/Pendekatan : Teori Victor Lowenfeld dan W.Lambert Brittain (Perkembangan Seni Rupa anak Victor)
Analisis : Lukisan merupakan ekspresi kreatif yang terus berkembang seiring berjalannya waktu. Salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah filsafat, Aristoteles, juga mempunyai pengaruh penting terhadap pandangannya tentang seni lukis. Dengan menghubungkan karya bergambar Aristoteles dengan teori perkembangan seni anak Victor Lowenfeld dan W. Lambert Brittain, kita dapat mengungkap hubungan antara pemikiran filosofis dan perkembangan seni pada masa kanak-kanak. Mereka berfokus pada tahap-tahap perkembangan kreativitas anak dalam seni rupa dan bagaimana proses ini dapat dipahami dan didukung. Mereka berfokus pada tahap-tahap perkembangan kreativitas anak dalam seni rupa dan bagaimana proses ini dapat dipahami dan didukung. Karya seni Aristoteles, dalam konteks pandangan filosofisnya, menggambarkan gagasan dan konsep yang berkaitan dengan teori perkembangan seni anak yang dikembangkan oleh Lowenfeld dan Brittain. Menganalisis hubungan lukisan Aristoteles dengan teori perkembangan seni anak
Kesimpulan : Melalui pemahaman Aristoteles tentang seni lukis dan teori perkembangan seni anak Lowenfeld dan Brittain, kita dapat melihat bagaimana pemikiran filosofis tentang seni berpadu dengan pemahaman tentang perkembangan kreatif anak. Hal ini memberikan wawasan tentang hubungan antara teori filosofis dan perkembangan seni masa kanak-kanak. Dengan memahami pentingnya peran keduanya, kita dapat lebih mengapresiasi dan mendukung perkembangan kreativitas seni anak.
9. Hendrabuana dan Seni Lukis Kaligrafinya (Kajian Biografi dan Estetika)
Objek : Lukisan karya Hendrabuana
Teori/Pendekatan : Teori Edmund Burke Feldman
Analisis : Proses berkesenian khususnya kaligrafi Arab dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa gambaran kaligrafi arab pada lukisan Hendra Buana dibangun dari keinginan untuk menyikapi kekayaan seni dan makna kaligrafi arab tradisional dalam bahasa visual.Foto kaligrafi arab kontemporer. Kajian ini dapat memberikan wawasan bagaimana seorang seniman kaligrafi Arab dapat bertahan dan berkarya secara efektif dalam dunia seni rupa di Indonesia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penulisan biografi seniman dan karya seninya di masa depan.
Kesimpulan : Dalam kaligrafi Arab, termasuk lukisan Hendra Buana, proses artistiknya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Visualisasi kaligrafi Arab dalam karya ini lahir dari keinginan untuk memadukan kekayaan seni dan makna kaligrafi Arab tradisional dalam bahasa visual kaligrafi Arab kontemporer. Penelitian ini menyimpulkan bahwa seniman kaligrafi Arab dapat eksis dan berkarya secara efektif dalam dunia seni rupa di Indonesia. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi penulisan biografi seniman dan karya-karyanya di masa depan. Objek yang digunakan sama dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu karya seni yaitu lukisan, walaupun terdapat perbedaan genre namun seniman dari karya seni yang saya gunakan menggunakan pendekatan mimesis sedangkan seniman karya seni selanjutnya menggunakan teori Edmund Burke Feldman.
10. Analisis Formal Lukisan Wayang Karya Ida Bagus Ketut Suta
Objek : Lukisan karya Ida Bagus Ketut Suta
Teori/Pendekatan : Deskriptif Kualitatif
Analisis : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) ciri-ciri lukisan wayang Ida Bagus Ketut Suta (2) pokok bahasan lukisan wayang Ida Bagus Ketut Suta (3) bentuk visual lukisan wayang Ida Bagus Ketut Suta menggunakan formal metode analitis. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik (1) observasi, (2) wawancara, (3) dokumen, dan (4) dokumen. Hasil penelitian menunjukkan (1) hasil identifikasi lukisan wayang Ida Bagus Ketut Suta berdasarkan bentuk dan ciri-ciri lukisan wayang Ida Bagus Ketut Suta, (2) tema dari beberapa lukisan yang diciptakan Ida Bagus Ketut Suta dapat ditentukan melalui metode analisis formal khususnya berdasarkan epos Ramayana dan Mahabrata, (3) analisis visual terhadap bentuk lukisan Ida Bagus Ketut Suta, secara spesifik dapat merupakan bentuk lukisan wayang tradisional yang mempunyai ciri khas tersendiri. & penampilan beragam.
Kesimpulan : Penelitian ini berhasil mendeskripsikan ciri, tema dan bentuk visual pada lukisan wayang Ida Bagus Ketut Suta melalui metode analisis formal. Hasil penelitian identifikasi menunjukkan bahwa lukisan tersebut mempunyai bentuk dan corak yang unik, dengan tema berdasarkan epos Ramayana dan Mahabrata. Analisis visual formal terhadap bentuk lukisan menyoroti berbagai ciri tradisional wayang. Dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumenter, dan penelitian sastra, penelitian ini memberikan gambaran mengenai seni lukis wayang karya Ida Bagus Ketut Suta. Objek yang digunakan sama dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu lukisan, walaupun terdapat perbedaan gender, namun seniman karya yang saya gunakan menggunakan pendekatan Mimetik sedangkan seniman karya berikut ini menggunakan pendekatan Kualitatif. Pendekatan deskriptif.
11. Analisis Karya Seni Lukis Narcissus dengan teori Socrates
Objek : Karya Narcissus
Teori/Pendekatan : Socrates
Analisis : ”Lukisan Narcissus” yang Anda sebutkan adalah sebuah karya seni yang menggambarkan mitos Yunani kuno tentang Narcissus, seorang pemuda yang jatuh cinta pada bayangannya sendiri dan akhirnya menjelma menjadi sekuntum bunga bernama Bunga Narcissus. Untuk menghubungkan tabel ini dengan teori Socrates, perlu dipahami beberapa konsep kunci yang berkaitan dengan Socrates dan bagaimana kaitannya dengan mitos Narcissus. Socrates, seorang filsuf Yunani kuno, dikenal karena metode filosofisnya yang terkenal, yang terutama tercermin dalam karya-karya Plato. Beberapa prinsip dan gagasan Socrates yang mungkin terkait dengan mitos Narcissus antara lain:
Kenali Dirimu: Socrates dikenal dengan kutipannya “Kenali dirimu sendiri”. Konsep ini menekankan pentingnya introspeksi dan pengetahuan diri yang mendalam. Dalam konteks mitos Narcissus, hubungan tersebut dapat dilihat dari sudut pandang kesadaran diri yang mendalam. Narcissus terpesona dengan bayangannya sendiri tanpa menyadari bahwa yang dilihatnya adalah bayangannya sendiri.
Cinta dan Kebanggaan: Socrates menekankan perbedaan antara cinta sejati dan cinta palsu. Narcissus menyukai bayangannya sendiri, mewakili narsisme yang berlebihan atau kesombongan yang berlebihan. Socrates dapat melihat ini sebagai contoh ketidaksadaran akan cinta sejati, yang ia anggap sebagai cinta akan pengetahuan dan kebenaran.
Pengetahuan dan Kebijaksanaan: Socrates percaya bahwa pengetahuan adalah sumber daya penting dalam kehidupan manusia. Ketidaktahuan Narcissus bahwa bayangannya hanyalah cerminan dirinya sendiri dapat dilihat sebagai contoh ketidaktahuan yang menghalangi pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri dan kenyataan.
Kesimpulan : Yang dapat disimpulkan dari keterkaitan lukisan Narcissus dengan teori Socrates adalah bahwa karya seni dapat menjadi simbol yang mewakili bagaimana kurangnya pengetahuan diri dan cinta diri yang berlebihan dapat menghalangi individu mencapai pemahaman kebenaran yang lebih dalam. pengetahuan dan kebijaksanaan adalah benar. Ketika melihat Narcissus memusatkan perhatian pada bayangannya sendiri, orang dapat memahami bahwa lukisan itu mungkin ingin mengingatkan kita akan bahayanya terlalu terobsesi pada diri sendiri tanpa melihat ke dalam diri sendiri untuk menemukan pengetahuan yang lebih dalam dan memahami cinta yang lebih sejati. Hal ini sejalan dengan ajaran Socrates yang menekankan pentingnya introspeksi, pemahaman lebih dalam terhadap diri sendiri, dan kecintaan yang lebih besar terhadap kebenaran dan pengetahuan universal.
12. Analisis Karya Seni Lukis The Cyclops dengan Teori Zeno
Objek : Karya Lukis The Cyclops
Teori/Pendekatan : Zeno.
Analisis : Lukisan “The Cyclops” menggambarkan mitos Cyclops dalam mitologi Yunani, makhluk raksasa dengan satu mata di tengah keningnya. Sedangkan Zeno adalah seorang filsuf pra-Socrates yang terkenal dengan paradoksnya yang terkenal, terutama yang berkaitan dengan gerak dan ruang. Paradoks Zeno: Salah satu paradoks Zeno yang terkenal adalah paradoks Achilles dan Kura-kura, di mana Zeno berpendapat bahwa dalam suatu perlombaan, jika Kura-kura memimpin lebih awal, Achilles tidak akan pernah bisa mengejar dan menyalip Kura-kura. . Argumen ini menyoroti masalah paradoks tentang gerak dan konsep ruang dan waktu yang tak terbatas. Cyclops dan dimensi alternatif: Dalam mitos Cyclops, kita melihat makhluk dengan mata di tengah keningnya. Pemikiran Zeno tentang paradoks, terutama yang menyangkut ruang dan dimensi, bisa saja mengarah pada interpretasi bahwa Cyclops mewakili keberadaan dimensi atau realitas alternatif. Kemampuan unik Cyclops dapat dipahami sebagai simbol dari apa yang berada di luar pemahaman kita terhadap dimensi atau realitas lain.
Kesimpulan : Keterkaitan lukisan "The Cyclops" dengan teori Zeno adalah bahwa konsep Cyclops dalam mitologi Yunani dapat dihubungkan dengan gagasan Zeno tentang dimensi alternatif atau realitas yang membingungkan. Kemampuan unik Cyclops untuk melihat dunia dalam dimensi berbeda dapat dianggap mewakili pemikiran Zeno tentang paradoks dan keberadaan dimensi lain yang mungkin ada di luar pemahaman kita. Lukisan ini, meskipun menggambarkan mitos klasik Cyclops, dapat ditafsirkan secara filosofis dengan menghubungkannya dengan pemikiran Zeno tentang paradoks gerak dan ruang, menunjukkan bahwa objek makhluk seperti Cyclops mungkin mewakili konsep realitas atau dimensi alternatif yang tidak menggambarkan mitos klasik Cyclops. ada. namun masih dapat dipahami sepenuhnya oleh manusia.
13. Analisis Karya Seni Lukis Yasrul Sami
Objek : Lukisan Yasrul Sami
Teori/Pendekatan : Sosiologi Vera L. Zolberg dan kritik seni Edmund Burke Feldman
Analisis : Dalam kajian ini Yasrul Sami, seniman asal Sumatera Barat, dianalisis dalam konteks karyanya yang bernuansa abstrak ekspresionisme. Karya-karyanya bercirikan orisinalitas dengan munculnya unsur-unsur yang tidak biasa, seperti simbol huruf dan angka. Fokus penelitiannya adalah pada perjalanan kreatifnya dan ciri-ciri lukisannya. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif, dengan menggunakan pendekatan sosiologi Vera L. Zolberg dan kritik seni Edmund Burke Feldman. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi oleh Milles dan Huberman, dengan triangulasi data oleh Mathinson (triangulasi sumber, teknik, dan waktu). Temuan penelitian menunjukkan bahwa perjalanan seni Yasrul dimulai sejak usia muda melalui pengaruh motivasi beberapa individu, sehingga membentuk dirinya sebagai seniman dan pembicara. Ciri-ciri karya Yasrul yang ditemukan melalui metode kritik seni antara lain penggunaan simbol angka, huruf, pengulangan segitiga geometris, tetesan air, dan warna-warna gelap yang sesuai dengan kepribadiannya. Hasil penelitian menegaskan bahwa dalam karya-karyanya, Yasrul dipengaruhi oleh pranata sosial dan kemasyarakatan yang membentuk sifat kepribadian seninya, sesuai dengan temuan teori sosiologi dan kritik seni.
Kesimpulan : Yasrul Sami dipengaruhi oleh institusi sosial dan budaya dalam menciptakan karya abstrak ekspresionis yang menonjolkan ciri-ciri simbolik, seperti angka, huruf, unsur geometris, tetesan air, dan warna gelap. Berbeda dengan lukisan “Forest Fire” karya Raden Saleh, saya akan membuat catatan harian dan menulis tentang lukisan “Forest Fire” karya Raden Saleh dengan teori imitasi Aristoteles.
14. Karya Lukisan Benny Subiantoro (Sepbianti Rangga Patriani, 2012)
Objek : Perupa Benny Subiantoro
Teori/Pendekatan : Konsep Sartono Kartodirdjo
Analisis : Karya seni seringkali merupakan cerminan perjalanan hidup seniman, pemikiran, pengalaman, dan pengamatannya terhadap dunia di sekitarnya. Dalam proses penciptaan karya seni, seniman mengekspresikan dirinya melalui kepekaan dan kecerdasan artistiknya, yang mencerminkan suasana hati dan kehidupannya. Pengalaman melukis Benny Subiantoro menunjukkan bahwa seorang seniman tidak serta merta harus terpaku pada satu jenis bahan saja. Di sisi lain, kreativitas seorang seniman dapat diekspresikan melalui berbagai jenis bahan yang digunakan untuk menciptakan karyanya.
Kesimpulan : Penelitian ini berfokus membahas elemen-elemen yang digunakan dalam lukisan, dan saya akan menggunakan kekuatan interpretasi artistik.
15. Analisis Karya Seni Lukis The Last Supper dengan teori Rudolf Herman Lotze
Objek : Karya Lukis The Last Supper
Teori/Pendekatan : Rudolf Hermann Lotze
Analisis : Rudolf Hermann Lotze, filsuf Jerman abad ke-19 yang terkenal karena kontribusinya di bidang metafisika, epistemologi, dan estetika. Salah satu teorinya adalah estetika yang mencakup gagasan bahwa pengalaman estetika adalah kombinasi kognisi dan emosi. Ketika kita melihat lukisan “Perjamuan Terakhir” karya Leonardo da Vinci, kita melihat representasi utama dari momen penting dalam tradisi Kristen, yaitu perjamuan terakhir Yesus Kristus bersama murid-muridnya, sebelum disalib. Lukisan ini dianggap sebagai salah satu karya seni paling ikonik dalam sejarah seni rupa dan memiliki banyak faktor yang mempengaruhi pemahaman estetikanya. Dalam teori Lotze, pengalaman estetika melibatkan persepsi visual dan emosi. Dalam konteks “The Last Supper”, lukisan ini tidak hanya secara visual menciptakan kembali momen penting dalam sejarah keagamaan tetapi juga mempengaruhi emosi pemirsanya. Lotze juga menekankan bahwa pengalaman estetis bukan sekedar persepsi visual namun juga melibatkan emosi. Dalam “The Last Supper” unsur dramatik, naratif, dan religius mampu membangkitkan respons emosional yang mendalam, merangsang pikiran dan perasaan pemirsa mengenai cerita dan makna lukisan tersebut.
Kesimpulan : Melalui teori estetika Lotze yang memadukan persepsi visual dan pengalaman emosional, kita dapat memahami lukisan “The Last Supper” karya Leonardo da Vinci sebagai sebuah karya seni yang tidak hanya menarik secara visual tetapi juga menimbulkan reaksi emosional dan refleksi mendalam pada aspek mental dan spiritual. Narasi dan makna religius yang terkandung di dalamnya. Lukisan ini merupakan karya seni yang mempengaruhi aspek kognitif dan emosional pemirsanya.
16. Analisis Karya Seni Lukis The Sense of Beauty dengan teori George Santanaya (1863-1952)
Objek : Karya Lukis The Sense of Beauty
Teori/Pendekatan : George Santanaya
Analisis : Estetika sebagai pengalaman sensual dan emosional: Santayana menekankan bahwa keindahan adalah pengalaman sensual dan emosional yang berkaitan dengan perasaan dan sensasi manusia. Baginya, kecantikan bukanlah sebuah konsep intelektual semata melainkan sebuah pengalaman yang melibatkan sensasi dan emosi yang muncul dari persepsi. Kritik terhadap subjektivitas dan objektivitas: Meskipun Santayana menekankan subjektivitas dalam pengalaman estetika, ia juga meyakini bahwa keindahan memiliki unsur objektif. Meskipun pengalaman estetis setiap individu mungkin berbeda-beda, beberapa elemen keindahan secara umum dapat diterima. Dalam konteks teori keindahan Santayana dan kaitannya dengan lukisan “Makna Keindahan”, lukisan tersebut barangkali berupaya mengungkapkan gagasan keindahan visual, perasaan dan emosi yang timbul dari persepsi visual. Lukisan tersebut mungkin merupakan ekspresi konsep pengalaman estetis Santayana yang melibatkan indera dan emosi dalam menangkap keindahan.
Kesimpulan : Lukisan “The Sense of Beauty” mungkin merupakan representasi visual dari konsep keindahan dan estetika yang diungkapkan George Santayana dalam karyanya. Karya seni mungkin berupaya merangsang perasaan dan emosi pemirsanya, membangkitkan pengalaman estetika yang berkaitan dengan persepsi visual dan apresiasi keindahan dari sudut pandang Santayana.
17. Analisis Tema Lukisan Naturalisme Karya Suhendra Hamid Pelukis Simpassri Medan
Objek : Lukisan karya Suhendra Hamid
Teori/Pendekatan : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis : Ada lima jenis tema yang dapat diindetifikasi pada seni lukis naturalisme karya Suhendra Hamid. Dari setiap tema-tema menampilkan keterkaitan hubungan terhadap alam, lima jenis tema yang diklasifikasikan tersebut yaitu : tama alam, fauna, flora, buah, manusia & alamnya. Karya lukis Suhendra Hamid mengekspreiksan tema-tema tentang alam. Dari hal tersebut dilakukan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan membuat deskriptif atau gambaran yang sejelas-jelasnya mengenai obyek lukis Karya Suhendra Hamid, menyesuaikan data yang ada sesuai fakta yang ada dilapangan & memberikan penjelasan pada karya lukis naturalis Suhendra Hamid secara sistematis & terperinci.
Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat lima jenis tema dalam seni lukis naturalisme karya Suhendra Hamid, yang menggambarkan keterkaitan yang erat dengan alam. Kelima tema tersebut mencakup tata alam, fauna, flora, buah, dan manusia beserta alamnya. Melalui penelitian ini, menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, berhasil memberikan gambaran yang jelas dan terperinci mengenai hubungan tema-tema tersebut dengan alam dalam karya lukis naturalis Suhendra Hamid. Objek yang digunakan memiliki kesamaan dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu karya seni Lukisan, meskipun terdapat perbedaan pada alirannya, seniman karya seni yang saya gunakan menggunakan pendekatan Mimesis sementara seniman karya seni berikut menggunakan Pendekatan Deskriptif Kualitatif.
18. Analisis tentang karakteristik karya lukis Slamet Henkus
Objek : Karya Lukisan Slamet Henkus
Teori/Pendekatan : Pendekatan Deskriptif Kualitatif
Analisis : Karya seni lukis yang dianalisis merupakan hasil imajinasi kreatif Slamet Henkus yang memiliki karakter berkaitan dengan perwujudan visual berupa garis bentuk warna tekstur & ruang. Karya yang ditampilkan merupakan perwujudan dari pola kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan aktifitas serta dialami secara langsung & tidak langsung. Slamet Henkus sebagai perupa & budayawan dalam penciptan karya seni lukisnya mewujudkan bentuk-bentuk figural & non figural. Berkaitan dengan itu maka diperlukan pembahasan mengenai latar belakang penciptaan karya lukis Slamet Henkus & karakteristik karya yang dilihat dari perwujudan unsur visual berupa garis bentuk warna tekstur & ruang. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan latar belakang penciptaan & karakteristik karya lukis Slamet Henkus. Sumber data berupa subjek penelitian yaitu seniman karya lukis & sumber tertulis yang dipublikasikan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara observasi & dokumentasi. Tahap analisis data dimulai dari tahap reduksi data paparan data & penarikan kesimpulan. Untuk menjaga keabsahan data dilakukan trianggulasi sumber data.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka diperoleh simpulan penelitian yang pertama yaitu latar belakang penciptaan karya lukis Slamet Henkus didasari faktor intern & ekstern. Kedua karakter yang terlihat pada tampilan unsur visual berupa garis bentuk warna tekstur & ruang dalam karya lukis Slamet Henkus adalah unik & menunjukkan identitas dirinya. Objek yang digunakan memiliki kesamaan dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu karya seni Lukisan, meskipun terdapat perbedaan pada alirannya, seniman karya seni yang saya gunakan menggunakan pendekatan Mimesis sementara seniman karya seni berikut menggunakan Pendekatan Deskriptif Kualitatif.
19. Analisis tentang karakteristik karya lukis Slamet Henkus
Objek : Karya Lukisan Slamet Henkus
Teori/Pendekatan : Pendekatan Deskriptif Kualitatif
Analisis : Karya seni lukis yang dianalisis merupakan hasil imajinasi kreatif Slamet Henkus yang memiliki karakter berkaitan dengan perwujudan visual berupa garis bentuk warna tekstur & ruang. Karya yang ditampilkan merupakan perwujudan dari pola kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan aktifitas serta dialami secara langsung & tidak langsung. Slamet Henkus sebagai perupa & budayawan dalam penciptan karya seni lukisnya mewujudkan bentuk-bentuk figural & non figural. Berkaitan dengan itu maka diperlukan pembahasan mengenai latar belakang penciptaan karya lukis Slamet Henkus & karakteristik karya yang dilihat dari perwujudan unsur visual berupa garis bentuk warna tekstur & ruang. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan latar belakang penciptaan & karakteristik karya lukis Slamet Henkus. Sumber data berupa subjek penelitian yaitu seniman karya lukis & sumber tertulis yang dipublikasikan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara observasi & dokumentasi. Tahap analisis data dimulai dari tahap reduksi data paparan data & penarikan kesimpulan. Untuk menjaga keabsahan data dilakukan trianggulasi sumber data.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka diperoleh simpulan penelitian yang pertama yaitu latar belakang penciptaan karya lukis Slamet Henkus didasari faktor intern & ekstern. Kedua karakter yang terlihat pada tampilan unsur visual berupa garis bentuk warna tekstur & ruang dalam karya lukis Slamet Henkus adalah unik & menunjukkan identitas dirinya. Objek yang digunakan memiliki kesamaan dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu karya seni Lukisan, meskipun terdapat perbedaan pada alirannya, seniman karya seni yang saya gunakan menggunakan pendekatan Mimesis sementara seniman karya seni berikut menggunakan Pendekatan Deskriptif Kualitatif.
20. Analisis Karya Seni Lukis Bacchus dan Ariande
Objek : Karya Lukis Bacchus dan Ariande
Teori/Pendekatan : Joseph Beuys
Analisis : Lukisan "Bacchus and Ariadne", kita bisa menafsirkan unsur-unsur mitologi dan narasi sebagai representasi simbolis dari kekuatan alam, kebahagiaan, dan ketenangan serta perubahan emosional. Karya seni tersebut bisa dianggap sebagai cerminan kebebasan ekspresi dan kehidupan manusia dalam suasana penuh kegembiraan dan pesona. Meskipun tidak ada hubungan langsung antara karya seni ini dengan teori khusus Beuys, kita dapat melihat interpretasi seni kontemporer sebagai pendekatan yang mencoba menggabungkan seni dengan kehidupan sehari-hari dan peran seniman dalam transformasi sosial, dengan elemen dari karya seni "Bacchus and Ariadne" yang menghadirkan keindahan dan narasi mitologis.
Kesimpulan : Meskipun tidak ada koneksi langsung antara lukisan "Bacchus and Ariadne" dengan teori Joseph Beuys, kita dapat melihatnya dari perspektif seni kontemporer dan peran seniman dalam hubungannya dengan masyarakat serta pandangan Beuys tentang seni sebagai alat untuk merubah dan mempengaruhi masyarakat.
21. Analisis Estetik Lukisan Joni Ramlan Berobjek Sepeda (Akhamad Abudinata, Djuli Djatiprambudi, Winarno, 2016)
Objek : Lukisan Joni Ramlan Berobjek Sepeda
Teori/Pendekatan : Pendekatan Estetika
Analisis : Lukisan Joni Ramlan dengan sepeda sebagai obyeknya menampilkan sebuah narasi mendalam. Dalam lukisan ini, Joni menciptakan gambaran sepeda yang memikat secara visual dan penuh dengan konsep estetis yang unik. Sepeda dijadikan simbol oleh Joni untuk menggambarkan kekerasan dan beban dalam kehidupan pengendara sepeda itu sendiri. Karya-karya Joni Ramlan menonjolkan kesederhanaan tema dan teknik dengan gaya ekspresi simbolik yang kuat. Lukisannya cenderung mengeksplorasi bentuk-bentuk artistik dengan dominasi tekstur dan warna monokrom. Melalui objek sepeda sebagai simbol, Joni menghadirkan kisah perjuangan kehidupan manusia dari kalangan bawah yang menggunakan sepeda sebagai sarana utama dalam kehidupan sehari-hari. Lukisannya mengungkapkan narasi yang mendalam tentang kehidupan manusia dengan kehalusan simbolisasi.
Kesimpulan : Menggambarkan proses penelitian mendalam untuk memahami masalah kemanusiaan dan sosial dengan holistik, rinci, dan deskriptif interpretatif dengan fokus pada aspek estetika, mengangkat Joni Ramlan sebagai seniman dan lukisannya dengan objek sepeda sebagai subjek penelitian. Sedangkan saya menggunakan konsep untuk memahami lukisan bertemakan lingkungan untuk memaparkan bagaimana manusia seharusnya dapat menjaga lingkungan dan aktivitas manusia akan memberikan dampak kepada alam.
22. Eksistensi Perupa Perempuan dalam Seni Grafis : Studi Kasus Theresia Agustina Sitompul (Ayu Puji Handayani & Mayang Anggrian, 2022)
Objek : Seni Grafis
Teori/Pendekatan : Teori Psikoanalisa Sigmund Freud dan Teori Konstruksi Sosiologi Seni Vera L.Zolberg
Analisis : Seorang seniman dalam dunia seni tidak hanya dipengaruhi oleh aspek individual dan karyanya, tetapi juga oleh faktor-faktor eksternal. Kedua faktor ini sangat penting dan saling terkait untuk mendukung karier seorang seniman di dunia seni rupa. Seniman yang terlibat dalam ranah sosial seni perlu memahami bahwa terdapat beberapa aspek kunci yang menjadi landasan dalam mendukung eksistensinya di dalamnya, seperti reputasi, karya, manajemen, dan jaringan atau koneksi. Jika seorang seniman dapat mengelola dan memadukan kedua faktor ini dengan baik, maka eksistensinya di dalam dunia seni sosial dapat terwujud lebih mudah. Namun, ini semua membutuhkan pembangunan dari nol dan tentu saja melalui proses yang panjang.
Kesimpulan : Jurnal ini lebih kepada pembahasan mengenai pencipta seninya melalui teori sosiologi, sedangkan jurnal saya akan melakukan penelitian pada hasil karya yang diciptakan.
23. ANALISIS MAKNA DALAM LUKISAN KARYA MUJIB DARJO PADA PAMERAN TUNGGAL KINASIH
Objek : Lukisan Karya Mujib Darjo
Teori/Pendekatan : Kualitatif Deskriptif
Analisis : Hasil penelitian mengenai seniman lukis Mujib Darjo dapat disimpulkan sebagai berikut: Mujib, lahir di Sidoarjo pada 7 September 1977, menunjukkan minat seni rupa sejak SD & telah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Pendidikan Seni Rupa dari Universitas Negeri Malang. Dengan dua pameran tunggal, termasuk “Kinasih” pada tahun 2020, Mujib telah menunjukkan perkembangan dalam karyanya. Proses kreatifnya mengalami evolusi dari ekspresionis dengan teknik finger painting pada tahun 2013 menjadi impresionis dari tahun 2017 hingga saat ini. Analisis lima lukisannya dalam pameran “Kinasih” mengungkapkan bahwa Mujib secara visual menyampaikan makna kasih sayang, menekankan pentingnya komunikasi keluarga, waktu bersama keluarga, kebahagiaan dalam lingkungan, & rasa hormat terhadap ibu sebagai simbol cinta yang abadi.
Kesimpulan : Mujib Darjo, seniman lukis kelahiran Sidoarjo pada 7 September 1977, menunjukkan minat seni rupa sejak SD dan memiliki gelar S1 Pendidikan Seni Rupa dari Universitas Negeri Malang. Dengan dua pameran tunggal, termasuk “Kinasih” pada 2020, Mujib mengalami perkembangan kreatif dari ekspresionis finger painting (2013) menjadi impresionis (2017-hingga kini). Analisis lima lukisannya dalam “Kinasih” menyoroti pengungkapan visual tentang makna kasih sayang, pentingnya komunikasi & waktu bersama keluarga, kebahagiaan dalam lingkungan, serta rasa hormat terhadap ibu sebagai simbol cinta abadi. Objek yang digunakan memiliki kesamaan dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu karya seni Lukisan, meskipun terdapat perbedaan pada alirannya, seniman karya seni yang saya gunakan menggunakan pendekatan Mimesis sementara seniman karya seni berikut menggunakan pendekatan Kualitatif Deskriptif.
24. ANALISIS LUKISAN KARYA MULYO GUNARSO
Objek : Karya Lukisan Mulyo Gunarso
Teori/Pendekatan : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Analisis : Sebagai subjek penelitian adalah latar belakang penciptaan karya, tujuan penciptaan karya, & visualisasi karya, & yang dijadikan objek adalah tiga lukisan karya Mulyo Gunarso, yaitu yang berjudul “Ironi Dalam Sarang”(dibuat pada tahun 2008),“Impian Sarang”(dibuat pada tahun 2011), dan “Dibawah Bayang-Bayang”(dibuat pada tahun 2016). Instrumen penelitian adalah si peneliti sendiri, & dibantu oleh pedoman observasi, wawancara, & dokumentasi. Tekhnik pemeriksaan keabsahan data adalah dengan menggunakan metode peningkatan ketekunan dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Latar belakang penciptaan karya-karya lukis Mulyo Gunarso adalah keprihatinannya terhadap permasalahan sosial dalam kehidupan sehari-hari yang ada di sekitarnya terutama permasalahan mengenai kebudayaan & kerusakan alam lingkungan. Makna lukisan yang merupakan tujuan penciptaan karya lukis Mulyo Gunarso adalah untuk mengedukasi diri sendiri & masyarakat agar peduli & mau untuk menjaga kelestarian alam & lingkungan tempat tinggalnya. Visualisasi karya lukis Mulyo Gunarso adalah dengan menggunakan cat akrilik dengan teknik plakat (opaque). & corak yang dari karya-karya lukis Mulyo Gunarso adalah realisme dengan penggarapan objek secara detail & dengan tekstur yang halus.
Kesimpulan : Mulyo Gunarso menciptakan tiga lukisan (“Ironi Dalam Sarang” 2008, “Impian Sarang” 2011, “Dibawah Bayang-Bayang” 2016) yang mencerminkan keprihatinannya terhadap isu sosial, terutama kebudayaan & kerusakan alam. Tujuan utama karyanya adalah mendidik diri dan masyarakat tentang kesadaran kelestarian alam. Menggunakan cat akrilik dengan teknik plakat, lukisannya menonjolkan realisme dengan detail objek & tekstur yang halus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya-karyanya menjadi sarana ekspresi untuk menyampaikan pesan tentang isu-isu sosial & lingkungan. Objek yang digunakan memiliki kesamaan dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu karya seni Lukisan, meskipun terdapat perbedaan pada alirannya, seniman karya seni yang saya gunakan menggunakan pendekatan Mimesis sementara seniman karya seni berikut menggunakan Deskriptif Kuantitatif.
25. Mengagah Harimau : Seni Tari Ritual Budaya Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci Sebagai ide Penciptaan Seni Lukis Surealis
Objek : Karya Lukis Surialisme yang berjudul “Mengagah Harimau : Ritual Budaya Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci”
Teori/Pendekatan : Metode penciptaan menggunakan observasi dan wawancara untuk mengamati tari Mengagah Harimau secara tajam, terinci, dan mencatatnya secara akurat. Pendekatan lukisan surealisme dengan teknik serealis.
Analisis : Karya seni berjudul “Mengagah Harimau: Ritual Budaya Masyarakat Pulau Tengah Kabupaten Kerinci” merangkum eksplorasi seni lukis surealisme yang muncul dari observasi ritual tari Mengagah Harimau. Pengkarya menggabungkan gerak silat harimau menjadi tarian dengan gerakan serupa, menginspirasi penciptaan lukisan surealis dengan ide ritual tersebut. Meskipun desainnya berbeda dari tarian aslinya, lukisan ini tetap menyajikan unsur dan makna gerak Mengagah Harimau. Metode penciptaan menggunakan observasi dan wawancara, dengan lokasi penelitian di Desa Pulau Tengah Kabupaten Kerinci. Hasilnya adalah lukisan surealisme yang menggambarkan gerak pembuka, mengagah, membela, cakar silang, matai ateh, nak nepo, dan kemasukan imo. Bahan yang digunakan melibatkan kanvas, spanram, cat dasar, cat akrilik, gun stepller, dan kuas, dengan proses pemasangan kanvas, penggarapan karya pertama, dan bingkai. Penciptaan karya ini menunjukkan keterlibatan seniman dengan budaya lokal, memadukan gerak tari tradisional dengan ekspresi surealisme melalui media lukisan.
Kesimpulan : Yang membedakan dengan jurnal saya yang membahas tentang lukisan "forest fire" Raden Saleh adalah artikel ini mencerminkan proses kreatif pengkarya yang terinspirasi dari ritual tari Mengagah Harimau. Berbeda dengan jurnal mengenai lukisan "forest fire" milik Raden Saleh yang mungkin lebih mengadopsi teori mimesis Aristoteles, karya ini menghadirkan interpretasi surealis dari gerak tari tersebut. Penciptaan seni lukis ini mempertahankan unsur dan makna gerak Mengagah Harimau, namun diekspresikan dalam bentuk surealisme. Dengan metode observasi dan wawancara, karya ini memperoleh inspirasi dari budaya lokal Desa Pulau Tengah Kabupaten Kerinci, menciptakan lukisan surealisme yang memadukan gerak tari dan teknik seni lukis modern.
26. Seni Lukis Kontemporer Karya Andie Aradhea dalam Pendekatan Kritik Seni (Ananditha Alvina Damayanti & Martien Roos Nagara, 2022)
Objek : Semua Lukisan Kontemporer Andie Aradhea
Teori/Pendekatan : Teori/Pendekatan Kritik Seni Dharsono Sony Karika, Teori Estetika Monroe Beardsley
Analisis : Karya-karyanya sering menggambarkan kekuatan seorang ibu dalam merawat, menyayangi, dan mencintai anak-anaknya dengan tulus. Ia digambarkan tanpa keluhan, memiliki ketangguhan yang luar biasa, dan cinta kasihnya kepada anak-anaknya dilukiskan tanpa batas. Lukisan-lukisan Andie Aradhea mengilustrasikan tekad, niat, kerja keras, dan dedikasi seorang ibu yang tak terbatas kepada anak-anaknya, seolah menggambarkan cinta yang tak terhingga dan abadi, layaknya lingkaran yang tak memiliki ujung. Ia dianggap sebagai sosok keramat bagi anak-anaknya dalam kehidupan dunia.
Kesimpulan : Dalam penciptaan karya seni lukis dalam aliran impresionisme dan surealisme, terdapat tiga prinsip utama: Keprihatinan, Harapan, dan Cinta. Jadi, konsep ini melibatkan perasaan keprihatinan, aspirasi untuk kebaikan bersama, dan rasa cinta yang mendalam dalam penciptaan karya seni lukis aliran impresionisme dan surealisme. Sedangkan jurnal yang akan saya buat menggunakan teori yang menganalisis tentang kehidupan lingkungan alam dan maknanya untuk menyayangi lingkungan.
27. Analisis Karya Seni Lukisan Gadis Melayu dengan Bunga (1955)
Objek : Karya Lukis Gadis Melayu dengan Bunga (1955)
Teori/Pendekatan : Democritus
Analisis : Dalam konteks lukisan gadis Melayu dengan bunga, jika dilihat dari sudut pandang Democritus, lukisan tersebut mungkin dapat diartikan sebagai kombinasi atom-atom kecil yang membentuk gambaran yang lebih besar dan lebih kompleks, seperti atom-atom yang membentuk materi. Secara simbolis, bunga-bunga yang dihadirkan dalam lukisan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai bagian-bagian kecil (seperti atom) yang, ketika disusun bersama-sama, membentuk gambaran yang indah, mungkin mewakili keindahan yang dapat ditemukan dalam kompleksitas yang terbentuk dari bagian-bagian kecil. Namun, perlu dicatat bahwa keterkaitan langsung antara lukisan gadis Melayu dengan bunga dan teori Democritus mungkin tidak terlalu jelas atau pasti, karena interpretasi seni dapat bervariasi dan memiliki berbagai sudut pandang yang dapat diambil.
Kesimpulan : Sementara ada kemungkinan untuk menginterpretasikan lukisan tersebut dalam konteks atomisme Democritus, keterkaitannya mungkin terbatas pada gagasan tentang bagian-bagian kecil yang membentuk keseluruhan, tanpa kejelasan absolut dalam penafsiran visual atau konsep filosofis.
28. Analisis Karya Seni Lukis Prometheus Bound
Objek : Karya Lukis Promtheus Bound
Teori/Pendekatan : Anaximenes
Analisis : Elemen Dasar dalam Alam Semesta: Anaximenes percaya bahwa elemen dasar alam semesta adalah "Aer" atau udara. Baginya, semua materi yang ada merupakan variasi dari satu elemen dasar, yang dapat mengalami transformasi menjadi berbagai bentuk lain. Dalam konteks lukisan "Prometheus Bound," elemen udara mungkin bisa dihubungkan dengan kebebasan atau kekuatan yang mengalir secara bebas, mirip dengan gagasan tentang kebebasan yang dicari Prometheus melalui tindakannya memberikan api kepada manusia.
Keterikatan dan Pembebasan: Mitos Prometheus terikat pada gunung sebagai hukuman dapat dilihat sebagai metafora tentang keterbatasan dan pembatasan kebebasan. Dalam teori Anaximenes, udara yang merupakan elemen dasar dapat diinterpretasikan sebagai simbol kebebasan yang ingin dicapai oleh manusia. Tindakan Prometheus dalam memberikan api, pada dasarnya, adalah usahanya untuk memberikan kebebasan dan pengetahuan kepada manusia.
Kesimpulan : Hubungan lukisan "Prometheus Bound" dengan teori Anaximenes adalah bahwa keterikatan Prometheus pada gunung dapat diinterpretasikan sebagai metafora dari pembatasan atau keterbatasan yang menghalangi kebebasan yang diusahakannya. Dalam pandangan Anaximenes, kebebasan yang diinginkan manusia mungkin terhubung dengan gagasan tentang udara, yang dianggapnya sebagai elemen dasar alam semesta yang mewakili kebebasan dan pergerakan yang tidak terbatas. Namun, pada intinya, kedua konsep ini—keterikatan Prometheus dan elemen dasar udara dalam teori Anaximenes—berbicara tentang kebebasan, baik yang terbatas oleh hukuman atau yang diungkapkan melalui konsep elemen dasar alam semesta. Lukisan "Prometheus Bound" mungkin dapat diinterpretasikan sebagai representasi visual tentang perjuangan manusia untuk mencapai kebebasan, sejalan dengan gagasan Anaximenes tentang elemen dasar yang mewakili kebebasan.
29. ANALISIS MAKNA WARNA LUKISAN PADA KARYA WADJI M.S DI SUKODONO SIDOARJO
Objek : Lukisan Karya Wadji M.S
Teori/Pendekatan : Pendekatan Seni Rupa
Analisis : Hasil yang di dapatkan dari penelitian ini adalah makna warna pada karya lukis wadji iwak, pelukis ternama asal sidoarjo yang khas akan objek ikan & warna yang di gunakannya dalam berkarya, warna yang di gunakan Wadji Iwak adalah Warna biasa di sebut warna RGB (red, green, blue) dalam ilmu teori warna, yang menurut Wadji Iwak memiliki makna kesuburan alam & kehidupan manusia, di anggapnya sebuah ungkapan dari suatu rasa yang ia tuangkan dalam karyanya.
Kesimpulan : Penelitian ini mengungkap makna warna dalam karya lukis Wadji Iwak, pelukis ternama dari Sidoarjo, yang fokus pada objek ikan dan penggunaan warna RGB (red, green, blue). Menurutnya, warna ini melambangkan kesuburan alam & kehidupan manusia, menjadi ekspresi perasaan yang terwujud dalam setiap karyanya. Makna ini mencerminkan hubungan yang mendalam antara manusia & alam dalam pandangan seniman tersebut. Objek yang digunakan memiliki kesamaan dengan objek analisis yang saya gunakan yaitu karya seni Lukisan, meskipun terdapat perbedaan pada alirannya, seniman karya seni yang saya gunakan menggunakan pendekatan Mimesis sementara seniman karya seni berikut menggunakan Pendekatan Seni Rupa.
30. Pendekatan Mimetik Dalam Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” Karya Chairil Anwar
Objek : Puisi “Senja Pelabuhan Kecil” karya Chairil Anwar
Teori/Pendekatan : Pendekatan Mimetik
Analisis : Hubungan antara kenyataan & rekaan dalam sastra adalah hubungan dialektis atau bertangga. Mimesis tidak mungkin tanpa kreasi, tetapi kreasi tidak mungkin tanpa mimesis. Takaran dan perkaitan antara keduanya dapat berbeda menurut kebudayaannya, menurut jenis sastra, zaman. Kepribadian pengarang, dsb. Tetapi. Yang satu tanpa yang lain tidak mungkin. & catatan terakhir perpaduan antara kreasi & mimesis tidak hanya berlaku & benar untuk penulis sastra. Tak kurang pentingnya untuk pembaca. Dia pun harus sadar bahwa menyambut karya sastra mengharuskan dia untuk memadukan aktivitas mimetik dengan kreatif-mereka. Pemberian makna pada karya sastra berarti perjalanan bolak-balik yang tak berakhir antara dua kenyataan dan dunia khayalan. Karya sastra yang dilepaskan & kenyataan kehilangan sesuatu yang hakiki, yaitu pelibatan pembaca dalam eksistensi selaku manusia. Pembaca sastra yang kehilangan daya imajinasi meniadakan sesuatu yang tak kurang esensial bagi manusia, yaitu alternatif terhadap eksistensi yang ada dengan segala keserbakekurangannya. Atau lebih sederhana. Berkat seni, sastra khususnya, manusia dapat hidup dalam perpaduan antara kenyataan & impian, yang kedua-duanya hakiki untuk kita sebagai manusia.
Kesimpulan : Hubungan kenyataan & rekaan dalam sastra adalah dialektis atau bertangga. Mimesis & kreasi saling melengkapi, diperlukan dalam karya sastra. Hubungan keduanya bervariasi sesuai budaya, jenis sastra, zaman, & kepribadian pengarang. Perpaduan mimesis & kreasi tidak hanya relevan bagi penulis, tetapi juga pembaca. Pembaca disadarkan bahwa menyambut karya sastra membutuhkan penggabungan aktivitas mimetik & kreatif. Pemberian makna pada karya sastra menjadi perjalanan bolak-balik antara kenyataan & dunia khayalan. Sastra memainkan peran penting memungkinkan manusia hidup dalam harmoni antara kenyataan & impian, menawarkan alternatif terhadap eksistensi yang ada. Kesamaan dengan karya yang saya gunakan ada di teorinya yang sama-sama menggunakan teori Mimesis, perbedaannya terdapat di objeknya, yang saya gunakan adalah lukisan sementara yang digunakan berikut adalah puisi.
Komentar
Posting Komentar